Gender Analysis Pathway
Dinas Kesehatan

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Pilih Kebijakan/Program/Kegiatan yang akan dianalisis Data Pembuka Wawasan Isu Gender Kebijakan dan Rencana Ke Depan Pengukuran Hasil
Faktor Kesenjangan Sebab Kesenjangan Internal Sebab Kesenjangan Eksternal Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Base-line) Indikator Gender
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program:
Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
Kegiatan:
Penyediaan Layanan Kesehatan untuk UKM dan UKP Rujukan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota
Sub Kegiatan:
Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
Tujuan Sub Kegiatan:
Kegiatan: Meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat dalam bidang Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat Jumlah Hasil Dokumen Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
Data Umum:
Jumlah posyandu kota Surabaya tahun 2022 adalah 2.731 posyandu di 153 kelurahan di Kota Surabaya
Jumlah Posyandu yang sudah mempunyai alat ukur antropometri sesuai standar adalah 288 posyandu (10,55%) dan 2.443 posyandu (89,45).
Jumlah Kader Surabaya Hebat (KSH) pada tahun 2022 adalah 27.789 orang dengan rincian: L : 409 orang(1.47%) P: 27.380 orang (98.53%)
Data Ibu Hamil tahun 2022 = 44174 Bumil Risti= 8834 Bufas = 42164 Bayi Lahir Hidup = 40158 L= 19788 P = 20570 Neonatal Risti 15 persen Bayi Lahir Hidup = 6023,7 L = 2968,2 P = 3055,5 9. Bayi =42.708 L = 21045 P = 21663 Balita = 208175 L = 105241 P = 102934
Balita stunting : 923 balita dengan rincian laki-laki: 468 (50,71%) dan perempuan :455 (49,29%)
Akses:
- Proporsi Balita Gizi Stunting Laki-laki dan perempuan mendapatkan pelayanan dan penanganan - Ketersediaan alat ukur antropometri
Partisipasi:
Kemudahan mendapatkan pelayanan dan penanganan Gizi buruk
Kontrol:
Bidang Kesmas, Kader Surabaya Hebat, Lintas Sektor, PKK, OPD Terkait, Pendamping Balita
Manfaat:
Jumlah Balita Gizi stunting mendapatkan pelayanan dan pengananan gizi sesuai kecukupan gizinya
1. Keterbatasan Jumlah Sumber Daya Manusia di Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2. Keterbatasan Anggaran untuk pemenuhan PMT Balita gizi stunting 1. Belum seluruh posyandu tersedia alat ukur antropometri sesuai standar 2. Pendataan Balita Gizi stunting di beberapa wilayah belum maksimal (perumahan elit biasanya tidak terjangkau) 3. Masih adanya warga/masyarakat yang tidak aktif menimbangkan balitanya di posyandu 4. Kurangnya pengetahuan masyarakat, Remaja, ibu Hamil dan Ibu Nifas) tentang pemberian gizi yang baik di 1000 Hari Pertama Kehidupan Memperluas akses dan kegiatan surveilans Kesehatan Gizi dan KIA di masyarakat kota Surabaya a. Pengadaan alat antropometri posyandu sesuai standar b. Pelaksanaan kegiatan JAGO CETING atau Jagongan Cegah Stunting, yang melibatkan stake holder, tokoh masyarakat dan masyarakat c. Pertemuan Pembentukan dan Evaluasi Jejaring Kegiatan Pencegahan dan Penurunan Stunting (dengan akademisi, kelompok profesi seperti IDAI, POGI, IDI, IBI serta stake holder terkait) d. Pembinaan pendampingan balita, catin, ibu hamil dengan melibatkan puskesmas, PKK dan Kecamatan/Kelurahan e. Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Penurunan Stunting f. Pelaksanaan eliminasi balita stunting (Balita EMAS) dengan melibatkan KSH, kelompok profesi, dan stake holer terkait g. Pelaksanaan monitoring evaluasi program gizi 1. Terdapat 2.731 posyandu yang belum tersedia alat antropometri sesuai standar 2. Jumlah balita stunting tahun 2022 sejumlah 923 balita 3. Terdapat 63 Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya 4. Jumlah kelurahan kota Surabaya Tahun 2023 adalah 153 Kelurahan
Output:
Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
Outcome:
Menurunnya prevalensi balita gizi buruk di kota Surabaya pada tahun 2023