Gender Analysis Pathway
RSUD Dr. Mohamad Soewandhie

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 Langkah 8 Langkah 9
Pilih Kebijakan/Program/Kegiatan yang akan dianalisis Data Pembuka Wawasan Isu Gender Kebijakan dan Rencana Ke Depan Pengukuran Hasil
Faktor Kesenjangan Sebab Kesenjangan Internal Sebab Kesenjangan Eksternal Reformulasi Tujuan Rencana Aksi Data Dasar (Base-line) Indikator Gender
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program:
Standarisasi pelayanan kesehatan
Kegiatan:
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan
Sub Kegiatan:
Belanja obat-obatan
Tujuan Sub Kegiatan:
Tersedianya jenis obat dan perbekalan kesehatan bagi pasien rumah sakit baik perempuan atau laki-laki
Data Umum:
Penduduk laki-laki kota surabaya sebanyak 1.570.539 (2019) dan penduduk perempuan sebanyak 1.588.404 (2019)
Adanya kesamaan penanganan (mutu, waktu, dll) pasien rawat inap dan rawat jalan dalam pemenuhan obat
Jumlah pasien yang mendapatkan obat berdasarkan terapi yang dibutuhkan. Pasien laki-laki sebanyak 11.771 (41,55 persen) dan pasien perempuan sebanyak 16.491(58,35 persen)
Pejabat pengawas kegiatan terdiri dari: Eselon II, tediri dari: perempuan sebanyak 1 orang dan laki-laki sebanyak 0 (tidak ada) Eselon III, tediri dari: perempuan sebanyak 1 orang dan laki-laki sebanyak 1 orang Eselon IV, tediri dari: perempuan sebanyak 1 orang dan laki-laki sebanyak 0 (tidak ada)
Jumlah pasien rawat inap rawat jalan yang terpenuhi kebutuhan obat-obatannya. Jumlah pasien laki-laki sebanyak 11.771 (41,55 persen) Jumlah pasien perempuan sebanyak 16.491(58,35 persen)
Akses:
Adanya kesamaan penanganan terhadap pasien namun jumlah pasien laki-laki masih lebih rendah daripada perempuan (41,65 persen)
Partisipasi:
Proporsi jumlah pasien laki-laki yang mendapatkan obat-obatan berdasarkan terapi yang dibutuhkan masih rendah (41,65 persen)
Kontrol:
Proporsi pengawas kegiatan penyedian obat dan perbekalan kesehatan rumah sakit didominasi oleh perempuan.
Manfaat:
Proporsi jumlah pasien rawat inap laki-laki yang mendapatkan obat-obatan masih lebih rendah dibandingkan perempuan
1 . SDM 2. Budaya organisasi 3. Produk hukum 4. sarana prasarana belum optimalnya pemahaman SDM tentang pembangunan responsif gender 1. beban ganda 2.subordinasi 3. Marginalisasi 4. Stereotype a. minimnya pengetahuan soal obat-obatan yang menyebabkan ketidaktahuan yang perlu dikonsumsi untuk menunjang kesembuhan dan kesehatan b.kurangnya kesadaran pasiean dan keluarga terhadap penggunaan obat-obatan diluar pengawasan dokter (obat bebas) 1. Terlaksananya pemenuhan obat-obatan pasien rumah sakit dr. Moh. Soewandhie yang baik dan tepat 2. Terpenuhinya kebutuhan obat bagi pasien rumah sakit baik perempuan atau laki-laki 1. Pengaturan jadwal pelayanan obat oleh petugas 2. Pelaksanaan pendistribusian obat oleh petugas kepada pasien di rumah sakit 3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemenuhan obat-obatan pasien rumah sakit adanya kesamaan penanganan waktu
Output:
meningkatnya penanganan pasien yang mendapatkan obat-obatan bagi pasien laki-laki dan perempuan. Pasien laki-laki dari 11.088 menjadi 11.771 orang, meningkat sebanyak 0,7 persen dan pasien perempuan dari 15.947 menjadi 16.491 orang meningkat sebanyak 3,4 persen. meningkatnya pasien yang mendapatkan obat berdasarkan terapi yang dibutuhkan. laki-laki dan perempuan dari 11.088 menjadi 11.771 orang, meningkat sebanyak 0,7 persen dan pasien perempuan dari 15.947 menjadi 16.491 orang meningkat sebanyak 3,4 persen
Outcome:
tercapainnya jumlah pasien yang mendapatkan obat-obatan untuk pasien laki-laki dan perempuan dari 11.088 menjadi 11.771 orang, meningkat sebanyak 0,7 persen dan pasien perempuan dari 15.947 menjadi 16.491 orang meningkat sebanyak 3,4 persen